Bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda yang ke 79, PGRI mengadakan Seminar Nasional Guru Blogger PGRI, dengan tema “Membuat PJJ Tidak Lagi Membosankan”. Seminar yang didukung oleh penerbit ANDI (TV ANDI) sangat luar biasa dengan nara sumber yang super duper luar biasa pula.
Ada Bapak Dedi Dwitagama (Guru blogger Indonesia), Bapak Wijaya Kusumah atau yang akrab di sapa Om Jay (Sekjen KOGTIK PGRI), Bapak Namin AB Ibnu Solihin (Founder motivatorpendidikan.com), Bapak Agus Sampurno (Founder @gurukreatif), dan nara sumber yang paling cantik Ibu Sri Sugiastuti yang juga karab disapa Bu Kanjeng (Pegiat Literasi).
Berikut ini beberapa poin yang saya dapat dari para nara sumber hebat tersebut.
1. Bapak Dedi Dwitagama
Bapak Dedi memberikan banyak tips bagaimana cara membuat PJJ yang menyenangkan dan tidak membosankan. Salah satu tipsnya adalah dengan sering melakukan komunikasi dengan siswa, jangan bosan memberikan feedback dan reward tanpa pilih kasih.
Selain itu, guru dapat menciptakan kelas yang tidak membosankan, dengan memberikan tayangan video pembelajaran dari berbagai sumber video pembelajaran dengan model figur guru yang berbeda, dan tentu saja guru sebaiknya memilih video yang hemat kuota dengan durasi yang pendek sekitar 10 - 15 menit.
Guru juga dapat memanfaatkan berbagai aplikasi atau digital tools yang memang mudah diakses dan efektif untuk siswa, jangan memaksakan menggunakan aplikasi belajar daring tertentu jika siswa sulit mengaksesnya. Dan pesan beliau kepada guru, mengajar lah dengan ikhlas karena dengan mengajar ikhlas akan mendapatkan kebaikan.
2. Bapak Agus Sampurno
Bapak Agus memang betul betul kreatif, beliau memberikan referensi beberapa aplikasi yang dapat digunakan agar siswa tidak merasa bosan saat belajar.
Antara lain: Mentimeter, Padlet, Edpuzzle, Flipgrid, Tour Creator, Gimkit, Kahoot, Quizizz, Educandy, BrainPOP, 70 elearning Activities, dan masih banyak aplikasi lainnya. Sebagai guru memang kita dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif dalam memberikan pelajaran kepada siswanya.
Beberapa ciri guru kreatif menurut Bapak Agus ialah guru mau belajar, guru mau mencoba hal – hal yang baru, tidak sungkan bertanya, bersikap terbuka akan perubahan, dan yang pasti mau membaca sebagai bagian dari semangat belajar yang berkelanjutan. Selain itu guru juga harus mampu berkolaborasi dengan pihak sekolah, rekan guru, orang tua, dan siswa.
3. Bapak Nanim AB Ibnu Solihin
Beliau berpendapat bahwa guru di zaman X milenial yang mengajar generasi Z yang hidup serba digital, harus memaksa diri mengenal teknologi, karena teknologi merupakan asupan harian generasi Z, mereka terbiasa dengan YouTube, Instagram, Google dan dunia digital lainnya.
Jika guru ingin memeberikan pengalaman belajar yang tidak membosankan, maka guru seharusnya masuk kedunia digital mereka. Selain itu guru pun harus didukung dengan keterampilan megajar antara lain:
· Memiliki kemampuan breaking pembelajaran kreatif
· Menguasai teknologi
· Mampu mendesain media pembelajaran dan kelas pembelajaran
· Menguasai berbagai model-model pembelajaran
· Menguasai ilmu parenting dan public speaking
Selain memiliki beberapa keterampilan mengajar, guru juga harus mampu mengelola kelas dengan baik. Pak Agus pun memeberikan rincian SOP pembelajaran DARING yang seharusnya dilakukan guru, yaitu:
1) Guru dan siswa berpakaian rapi
2) Memilih tempat yang baik
3) Menjaga adab dalam berbicara
4) Mengiformasikan kepada siswa tentang media yang akan digunakan sebelum pembelajaran dilakukan
5) Pastikan guru dan siswa memiliki jaringan internet yag baik
Meskipun dalam pembelajaran DARING, Pak Agus sangat menekankan adab, ahlak dan etika baik itu sebagai guru maupun sebagai siswa agar tetap berlaku.
4. Ibu Sri Sugiastuti
Ibu Sri yang akrab disapa dengan Bu Kanjeng seorang pegiat literasi, mengajak kepada para guru agar mau megembangkan diri dalam berbagai kegiatan positif, salah satunya dengan menulis buku.
Ibu Kanjeng dengan beberapa kurator (ibu Eny Sulistyawati, ibu Rita Wati, dan bapak Bryan Prasetyawan) telah menulis berbagai buku antologi, antara lain: Oktober bermakna jilid 1 dan 2, All Abaut Teacher, Digital Milinea, Ukir Prestasi dan yang masih dalam proses Pahlawan Dalam Hidup.
Bu kanjeng pun memberikan banyak informasi dan tips bagaimana kita menulis buku dan menerbitkan buku, beliau juga mempersilahkan bagi para guru untuk menghubunginya jika ada hal – hal yang ingin ditanyakan terkait dengan penulisan dan penerbitan buku.
Terakhir bu Kanjeng berharap, Semoga di masa PJJ ini guru dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan semangat menulis, dan pada akhirnya akan menjadi sebuah buku yang nantinya bermanfaat untuk kita sebagai guru dan anak didik kita.
5. Bapak Wijaya Kusumah
Bapak yang satu ini adalah bapaknya para blogger Indonesia, beliau yang akrab disapa Om Jay adalah penggagas seminar nasional ini. Om Jay yang sangat konsern dengan dunia ke bloggeran mengatakan salah satu cara mengajar agar tidak lagi membosankan bisa dilakukan dengan cara nge-blog.
Menurutnya blog amat mudah dan bisa dinikmati siapa saja, tidak memakan banyak paket data dan yang terpenting melalui blog guru dan siswa dapat saling berinteraksi melalui tulisan, komentar, bahkan sharing video dan lainnya. Beliau pun menegaskan bahwa dengan guru mengenalkan aktivitas nge-blog kepada siswanya, maka budaya literasi pun akan terbentuk pada diri siswa.
Terakhir Om Jay juga berpesan kepada para guru untuk semangat menjalankan tugas dan selalu berbagi kebaikan.
Itulah beberapa poin yang dapat saya tangkap dari Seminar Nasional Guru Blogger PGRI. Dalam seminar ini bisa dikatakan ada dua poin utama yang saya dapatkan.
1. Bagaimana seorang guru dapat menciptakan kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan melalui teknologi.
2. Melalui teknologi guru dapat mewariskan budaya literasi kepada generasi selanjutnya.
Semangat Belajar Teknologi dan Salam Literasi.
#Day23AISEIWritingChallange